Jalan Tuhan dan Kemanusiaan dalam Pendidikan

Authors

  • Abdul Munir Mulkhan Universitas Isam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.32533/01205.2017

Keywords:

pendidikan humanis, proses menjadi, kepribadian

Abstract

One’s faith and personality are produced during his life experience in dialogue with himself, dialogue with the nature, and dialogue with the socio-cultural environment in which he lives, grows and develops. Meanwhile, education is a planned, programmed attempt to engineer this experience of life to obtain maximum results for the future life. Education is necessarily comprehensive and synthetic. The loss of an element in education can be the cause of personality imbalances as is now the case in the reality of life in this country: motorcycle gangs, brawls between villages, corruption, and accusing of one another as infidel. Therefore, education process must be humanist or ngewongke and that being virtuous is the endless process of becoming.[Keimanan atau kebertuhanan dan kepribadian seseorang adalah produk pengalaman hidupnya dalam berdialog dengan dirinya sendiri, berdialog dengan alam, dan berdialog dengan lingkungan sosial-budaya tempat ia hidup, tumbuh dan berkembang. Sementara itu, pendidikan merupakan rekayasa pengalaman hidup tersebut secara terencana dan terprogram guna memperoleh hasil maksimal bagi kepentingan masa depan sejarah umat manusia. Pendidikan secara niscaya bersifat komprehensif sekaligus sintetis. Hilangnya satu unsur dalam pendidikan bisa menjadi penyebab ketimpangan kepribadian seperti yang kini banyak terjadi dalam realitas kehidupan di negeri ini: geng motor, tawuran antardesa, korupsi, dan pengkafiran satu atas yang lain. Karena itu, pendidikan mesti humanis atau ngewongke dan bahwa menjadi saleh adalah proses menjadi tanpa akhir.]

References

Amstrong, Karen, 2001. Berperang Demi Tuhan: Fundamentalisme dalam Islam, Kristen dan Yahudi. Jakarta-Bandung: Serambi Ilmu Semesta & Mizan.

Anderson, Lorin W. and Krathwohl, David R. (eds.). 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing; A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objevtives. New York: Longman.

Freire, Paulo. 1985. Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES.

Freire, Paulo. 1999. Politik Pendidikan Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan. Yogyakarta: Read dan Pustaka Pelajar

Marsden, George M. 1996. Agama dan Budaya Amerika, Jakarta: Sinar Harapan.

Miller, John P. 1976. Humanizing the Classroom: Model of Teaching in Affective Education. New York: Praeger Publisher.

Miller, John P. 2002. Sekolah Kepribadian, saduran Abdul Munir Mulkhan. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Mulkhan, Abdul Munir, 2002. “Pembelajaran Islam Model Garden Learning”, Lokakarya “Reorientasi Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) Agama” Yogyakarta: UII.

Mulkhan, Abdul Munir, 2002. Nalar Spiritual: Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Mulkhan, Abdul Munir. 2002. “Dakwah Kultural dalam Tradisi Keberagamaan di Indonesia”, Sidang Tanwir Muhammdiyah 24-27 Januari 2002 di Bali.

Nasution. 1982. Teknologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.

Pratiknya, Ahmad W. 1998. Islam dan Dakwah: Pergumulan Nilai dan Realitas. Yogyakarta: PP Muhammadiyah Majlis Tabligh.

Downloads

Published

2017-11-07

Issue

Section

Articles